- December 4, 2018
- Posted by: Bovend Saor Sitinjak
- Category: Agenda, Berita Lokal, ekonomi & bisnis, Harga Pasar, Informasi, Jasa & Pelayanan, lainnya, Sosial dan Budaya
Pembangunan Perkebunan saat ini dihadapkan kepada pergeseran paradigma, baik di lingkungan global maupun domestik, khususnya dalam pelaksanaan otonomi daerah. Kecenderungan tersebut menuntut jajaran perkebunan untuk dapat menyesuaikan diri, sehingga usaha untuk membangun sistem dan usaha agribisnis perkebunan dapat dilaksanakan secara optimal.
Sejalan dengan arus globalisasi dan otonomi daerah, di tingkat nasional juga telah terjadi perubahan kebijaksanaan yang pada intinya bertujuan untuk memulihkan kembali perekonomian nasional yang mengalami keterpurukan semenjak terjadinya krisis multi dimensi tahun 1997. Pemerintah mengambil berbagai langkah kebijaksanaan untuk membangun kembali perekonomian Indonesia.
Berbagai kecenderungan dan penerapan kebijaksanaan tersebut ternyata menjadi acuan untuk mendorong pembangunan perkebunan ke depan. Pemerintah lebih terfokus kepada memfasilitasi dan mendorong para pelaku usaha perkebunan untuk mengembangkan usahanya. Beberapa waktu lalu, Pemerintah melalui Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama pejabat SKK Migas, Direksi PLN, Direksi Pertamina dan pengusaha di bidang energi dan produsen Kelapa Sawit, telah melakukan kunjungan ke Italia dalam rangka studi banding ke perusahaan pembuatan pembangkit tenaga listrik Fri-El Acerra.
Salah satu informasi yang diperoleh adalah, saat ini sebanyak 34 persen kebutuhan listrik Italia telah dicover oleh energi terbarukan (renewable energy). Hal ini berarti prospek perkebunan Kelapa Sawit ke depan sangat menjanjikan. Kebutuhan manusia untuk mengganti bahan bakar dari energi yang ada ke Kelapa Sawit sangat dibutuhkan. DPD RI sebagai Lembaga Negara yang memiliki tugas menyerap dan memperjuangkan aspirasi masyarakat dan daerah sebagai bahan pembahasan fungsi konstitusionalnya.
Wakil Ketua DPD RI Prof. Dr. Ir. Hj. Darmayanti Lubis mengatakan beberapa negara Eropa Timur, salah satunya Rusia, telah membuka peluang pasar bagi Kelapa Sawit Indonesia.
“Kalau memang Eropa Barat yang negara-negara besar itu mau menutup diri, ya nggak apa-apa juga. Kita coba cari pasar lainnya. Saya pikir itu yang paling penting,” jelasnya saat menghadiri Seminar Kelapa Sawit 2018, Senin (3/12) siang, di Palembang.
Dikatakan Darmayanti, DPD RI harus intens untuk bisa menjajaki itu.
“Kita sebetulnya sudah memiliki program untuk mengumpulkan dubes-dubes asing yang ada di negara kita pada kegiatan Regional Diplomatic Meeting (RDM) 7-9 Desember 2018 di Bali,” ujar Anggota DPD RI dari daerah pemilihan Sumatera Utara ini.
“Tapi, apapun itu, kita harus tetap juga koreksi bahwa kalau memang isu lingkungan yang menjadi permasalahan, kita harus perbaiki. Tapi, kalau mereka tetap masih menutup diri, ya gak papa jugalah kita mencoba,” tegasnya.
Lebih lanjut, Darmayanti mengharapkan agar semua pihak fokus memikirkan negara, seperti apa ke depannya.