- April 24, 2019
- Posted by: Bovend Saor Sitinjak
- Category: Agenda, Berita, cuaca & peristiwa, Hukum, Informasi, Jasa & Pelayanan
Pada Pemilu tahun 2019, Pileg dan Pilpres digelar secara serentak dalam satu hari pada Rabu, 17 April 2019. Pemilu secara serentak ini dampak dari putusan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam gugatan nomor 14/PUU-XI/2013 yang diputus pada 23 Januari 2014. MK membatalkan Pasal 3 ayat (5), Pasal 12 ayat (1) dan (2), Pasal 14 ayat (2), dan Pasal 112 UU Nomor 42/2008 tentang Pilpres yang mengatur pelaksanaan Pilpres tiga bulan setelah pelaksanaan Pileg alias tidak serentak. Dengan penyelenggaraan Pemilu serentak 2019, para pemilih harus membawa 5 surat suara sekaligus ke bilik suara untuk dicoblos. Lima surat suara itu untuk memilih anggota DPRD tingkat kabupaten/kota, anggota DPRD tingkat provinsi, anggota DPR, anggota DPD, serta calon presiden dan wakil presiden.
Anggota DPR RI Fraksi PAN Daerah Pemilihan Sumatera Selatan I Ir. H.A Hafisz Tohir menyoroti soal penyelenggaraan Pemilu 2019. Ia mengatakan, pihaknya melakukan sosialisasi di pelaksanaan Pemilu 2019 selama satu tahun. Hal tersebut dikatakannya usai mengikuti Pembukaan Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Selatan, Rabu (24/4), di Hotel Santika Premier Bandara Palembang. Menurutnya, Pemilu 2019 memakan waktu, biaya, dan tenaga.
“Pertama, terlalu lama. Yang kedua, tentu saja memakan biaya dan tenaga,” ujarnya seusai mengikuti Pembukaan Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Selatan, Rabu (24/4), di Hotel Santika Premier Bandara Palembang.
Lebih lanjut, Hafisz Tohir melihat, dari sisi penyelenggaraan, digabungnya Pilpres dan Pileg, membuat beban penyelenggara dan caleg menjadi lebih besar.
“Semua fokus kepada kepentingan masing-masing,” jelasnya.
Hal ini, menurutnya, yang mengakibatkan pemilu 2019 tidak terintegrasi dengan baik.
“Itulah yang membuat petugas-petugas ini seperti tidak fokus. Apakah ngurus pileg dulu, apakah ngurus presiden dulu,” ungkapnya.
Hafisz mengatakan, dirinya tidak heran kalau petugas tersebut sakit, bahkan ada yang meninggal.
“Sembilan puluh sekian saya catat. Sekarang udah seratus,” ujarnya.
Dikatakannya, pihaknya harus melakukan evaluasi terhadap sistem penyelenggaraan pemilu di Indonesia.
Dengan besarnya uang yang digelontorkan di pemilu 2019, dan lamanya waktu pemilu 2019, Hafisz tetap mensyukuri pelaksanaan pemilu berjalan aman dan tertib.
“Saya yakin Sumatera Selatan sudah dewasa dalam penyelenggaraan pemilu. Perbedaan itu sudah biasa. Maka dari itu, kita perbaiki yang jelek-jelek ini,” ungkapnya.
Dirinya sangat berharap, di pembahasan Komisi II DPR RI nanti, bisa menghasilkan rumusan pemilu yang lebih baik daripada 2019 ini.
“Kita mencatat, ini pemilu yang paling berat sepanjang kita pernah melakukan pemilu. Sejak tahun 55, kita pemilu tidak seberat ini,” pungkasnya.