Minamas Plantation kerjasama dengan Univ Sriwijaya Pentingnya Pendidikan Karlahut Sejak Dini, Desa Mandiri Cegah Api

Setelah bekerjasama dengan 3 universitas lainnya, kali ini Minamas Plantation menggandeng Universitas Sriwijaya dalam melaksanakan program pencegahan kebakaran berbasis masyarakat bekerja sama dengan akademisi, membentuk ‘Desa Mandiri Cegah Api’. Program ini merupakan kali kelima bagi Minamas Plantation, dalam upaya perusahaan untuk bersama~sama dengan masyarakat, Pemerintah dan akademisi dalam mengurangi kasus kebakaran hutan dan lahan di beberapa wilayah sekitar konsesi perusahaan, yang tersebar dl Sumatera dan Kalimantan Selatan.

Bersama dengan Universitas Sriwijaya, PT Guthrie Pecconina Indonesia, yang merupakan anak perusahaan Minamas Plantation di Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan, akan memberdayakan 5 Desa, yaitu Desa Rantau Panjang, Desa Karang Ringin II, Desa Ulak Seberau dan Desa Karang Anyar di Kecamatan Lawang Wetan, serta Desa Gajah Mati di Kecamatan Sungai Keruh.

Para peneliti dan ilmuwan dari Universitas Sriwijaya akan berbagi pengetahuan dan keahlian dalam menemukan solusi tuntas bencana asap. Mereka akan melakukan kegiatan pendampingan dan hidup di tengah-tengah masyarakat, mengidentifikasl daerah rawan kebakaran dan faktor-faktor terjadinya pembakaran lahan setiap tahunnya, sehingga diharapkan pada akhir program akan ditemukan pendekatan yang tepat sasaran dan dapat diterapkan sebagai solusi jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan.

Keberhasilan yang dicapai sebelumnya dengan Universitas Riau dan Universitas Lambung Mangkurat dalam membina 15 Desa di Riau dan Kalimantan Selatan sehingga tercapai zero-burning, mendorong Minamas Plantation untuk terus membina desa-desa lain, khususnya di sekitar konsesi perusahaan.

Perubahan perilaku masyarakat dalam membuka lahan terlihat pada programprogram sebelumnya. Sehingga para akademisi dan tim pendamping dari Universitas ingin memperluas cakupan dengan memberikan pemahaman karlahut (kebakaran lahan dan hutan) sejak di bangku sekolah. Mereka akan bergantian memberikan pemaparan dan penjelasan ke sekolah-sekolah di 5 Desa.

“Pentingnya pendidikan sejak dini mengenai karlahut secara tidak langsung membentuk perilaku anak-anak sehingga ketika mereka dewasa, pemikiran mengenai tata kelola lahan berkelanjutan dengan metode zero-burning sudah menjadi pengetahuan mendasar yang mereka miliki,” ujar Presiden Direktur PT. Minamas Gemilang, Haryanto Tedjawidjaja. “Disamping itu, program kami sejalan dengan Program Pencegahan Kebakaran Hutan Berbasis Klaster yang sedang dlgalakkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian baru~baru ini,” lanjut Haryanto.

Pulau Sumatera dan Kalimantan dibagi menjadi beberapa klaster untuk memudahkan penanganan kebakaran. Klaster-klaster tersebut terdiri dari beberapa desa rawan kebakaran yang dipimpin oleh Leader (perusahaan yang memiliki konsesi

terbesar di wiiayah yang bersangkutan). Dan meski PT Guthrie Pecconina Indonesia tidak ditunjuk sebagai Leader, namun mengingat kelima desa yang mengikuti Program Desa Mandiri Cegah Api kali ini, masuk kedaiam Master 8 d! wiiayah Sumatera Selatan, maka program ini juga sekaligus sejalan dengan program penanganan kebakaran yang diguiirkan oleh Pemerintah pusat.

Asisten Deputi Tata Kelola Kehutanan Kemenko Bidang Perekonomian, Dr. Prabianto Mukti Wibowo, MSc menambahkan, “Pola pendekatan yang hams diiakukan bersama antara perusahaan yang berada di lokasi desa rawan kebakaran adaiah dengan mengoptimalkan program patron terpadu, pemberdayaan ekonomi masyarakat desa, dan soiiasisasi secara massif, dengan melibatkan peran Iintas perusahaan dan partisipasi desa/masyarakat dalam tiap klaster pencegahan kebakaran, untuk mencegah kebakaran dan memadamkan api secara dini.”

Sementara itu Rektor Universitas Sriwijaya, Prof. Dr. Ir. H. Anis Saggaff, MSCE menyambut baik kerjasama ini. Beliau menuturkan, “Minamas Plantation merupakan mitra korporasi pertama bagi kami dalam mengatasi masalah karlahut. Bersama“ sama kita akan menyumbangkan ide, pikiran dan tenaga demi tuntasnya permasalahan karlahut di Indonesia, khususnya wilayah Sumatera Selatan.”

Program pencegahan kebakaran tahun 2016 laiu bekerjasama dengan Universitas Riau dan Universitas Lambung Mangkurat, mencakup area seluas 45.543 ha dengan populasi penduduk sebanyak 36.034 jiwa. Dari hasil survey yang dilakukan sebelum pendampingan menunjukkan bahwa sekitar 76.63% masih meiakukan praktik tebang dan bakar. Setelah program pendampingan, kasus kebakaran terbukti berkurang dari 40 titik api pada tahun 2013-2014 menjadi 1 titik api di tahun 20152016.

Minamas Plantation selalu melakukan upaya konkret untuk memastikan tata keloia perkebunan yang memperhatikan aspek iingkungan. Komitmen untuk mengedepankan prinsip pengelolaan perkebunan sawit yang berkeianjutan dan memberikan dampak bagi kesejahteraan petani, merupakan prioritas utama perusahaan.



Leave a Reply