Konteks dalam Postingan Media Sosial

Sonora Palembang – Saat ini, berita sangat mudah diakses. Setiap orang mendapatkan berita dari beberapa media massa bahkan media sosial dengan mudah. Setiap orang pun diyakini mampu mengakses informasi dari media sosial itu dari 60 menit hingga 180 menit lebih dalam satu hari.

Dalam media sosial tersebut, beberapa berita dapat diakses dilengkapi foto, video, dan alat yang lainnya. Namun, akses berita melalu video dilengkapi dengan caption atau informasi dari admin media sosial tersebut terkadang menggiring opini yang kemungkinan belum sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Banyak informasi dari media massa membuat masyarakat atau pembaca salah kapra dengan situasi sebenarnya. Pada tahun 2018, Pangeran William pernah dianggap tidak sopan ketika terlihat mengacungkan jari tengah. Dilihat dari sudut pinggir sebelah kiri, pangeran William memang mengacungkan jari tengah. Padahal dari depan pengambilan foto, Pangeran William menunjukkan 3 jari kepada anaknya, Pangeran George.

Bahkan, pernah dalam salah satu media sosial, salah satu penggunanya menayangkan sepotong video yang mempertontonkan seorang cleaning service sedang membersikan alas sepatu pengunjung menggunakan sapu tapi dalam kondisi pengunjung yang masih duduk dan sepatu tidak dibuka. Admin pun memberikan caption, “Gak tega banget liatnya mungkin dia kerjanya memang bersihin mall tapi tugas dia buat bersihin sepatu mba nya.”

Otomatis netizen pun banyak memberikan komentar negatif. Mulai dari memberikan nasihat bahwa itu tidak sopan, tidak beradab, hingga membandingkan perlakuan mereka jikalau menjadi pengunjung sebuah mall tersebut. Mereka menganggap hal itu sebuah perlakuan yang sangat tidak bermoral.

Namun, beberapa hari berikutnya, klarifikasi baik dari ibu bahkan sang perempuan yang sepatunya dibersihkan bermunculan. Mereka menjelaskan bahwa perempuan dalam video tersebut, tidak meminta dibersihkan alas sepatu yang terinjak kotoran hewan tapi ingin meminjam alat kebersihan kepada cleaning service tersebut. Cleaning service tersebut menawarkan membersihkan tanpa mengizinkan perempuan tersebut membuka sepatu, padahal sudah akan dilepas.

Apakah perlakuan perempuan tersebut tidak bermoral? Tentu saja tidak bisa menghakimi bahwa perempuan itu tidak bermoral. Netizen baiknya melakukan literasi dalam menonton potongan video.

Literasi dimaksudkan tidak hanya kegiatan mengkritisi sebuah informasi yang tertulis. Literasi digital atau lebih spesifik literasi media sosial baiknya dilakukan sebelum memberikan komentar. Netizen dapat mengakses banyak informasi dari semua pihak yang ada dalam berita media sosial tersebut.

Memahami Konteks

Konteks dipahami dan diperlukan dalam sebuah percakapan. Konteks dapat dipahami jika seseorang mengetahui kondisi dan maksud sebuah tuturan. Konteks pun diperlukan sebelum memposting sebuah penggalan video.

Dalam konteks percakapan, seseorang perlu memahami, maksud dan ujaran agar mendapatkan informasi utuh tanpa melukakan salah interpretasi terhadap percakapan tersebut. Begitu juga dengan konteks dalam video di media massa. Admin media sosial atau pemilik akun dalam media sosial harus memahami kondisi dan keadaan tokoh atau orang yang berada dalam media foto atau video tersebut.

Konteks dapat dilihat dari dua jenis, konteks bahasa dan nonlinguistik. Dalam memahami maksud dan tuturan dalam postingan video, tentunya konteks nonbahasa dapat digunakan. Konteks bahasa berupa unsur yang membentuk struktur lahir, yakni bunyi, kata, kalimat, dan ujaran atau teks. Konteks nonbahasa adalah konteks yang tidak termasuk unsur kebahasaan.

Konteks nonbahasa berupa konteks fisik terutama yang meliputi kondisi tempat terjadi, objek yang ada, serta aktifitas yang terjadi sebelum dan sesudah kegiatan perlu diperhatikan. Konteks fisik dapat dilakukan dengan cara melihat, mendengar, menyentuh, dan lain-lainnya. Tentunya, jika hal tersebut dipahami akan membuat penonton memahami interpretasi video dengan tepat.

Menahan Diri

Di lain sisi, tidak hanya penggungah yang harus melakukan crosscheck terhadap maksud dan tujuan dalam video yang diunggahnya. Netizen atau penonton harus menahan diri untuk memberikan komentar negatif.

Komentar negatif tidak akan berubah menjadi fitnah jikalau dilakukan kepada pihak yang tepat untuk disasar. Namun, jikalau komentar itu diberikan kepada sesuatu yang tidak tepat maka akan menimbulan fitnah yang tidak berguna baik bagi pemberi komentar bahkan sangat merugikan orang yang sudah difitnah. Jalan satu-satunya adalah menahan diri untuk berkomentar negatif. Selain menimbulkan fitnah, komentar negatif tentunya bisa menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

Tresiana Sari Diah Utami (Dosen Universitas Katolik Musi Charitas)



Leave a Reply